Taiwan boleh dibilang adalah salah satu negara yang secara masif mampu meredam penyebaran virus Corona. Pada tulisan ini, gw bakal fokus cerita tentang pengalaman beli masker untuk kesekian kalinya di Taiwan. Selepas balik mudik dari Indonesia pada bulan Februari lalu, gw emang udah siap sedia ratusan masker yang gw bawa dari Jogja, just in case, di Taiwan sulit nyarinya. Dan bener aja, begitu balik kesini, Taiwan sedang menggalakan rasionalisasi masker untuk warganya. Intinya setiap orang hanya diperbolehkan membeli maksimum 2 masker dalam tujuh hari. Lalu di akhir Februari, ditingkatkan lagi jadi 3 masker per orang dalam satu minggu. Dalam prakteknya, pembelian diatur berdasarkan nomer ganjil genap resident card. Pada tanggal 9 April (pas ultah gw), ditingkatin lagi jadi 9 masker per orang dalam dua minggu dan pembelian dapat dilakukan kapan saja dalam sepekan. Meskipun gw sejatinya bisa bertahan dengan masker-masker dari Indo sampai, at least, 6 bulan ke depan, tapi pada akhir
Setelah genap 3 tahun absen ngeblog, akhirnya nulis lagi dengan topik yang naudzubillah berat banget: bagaimana cara penggantian paspor baru di KDEI Taipei? Pada hari kamis legi (11 Januari 2018) silam adalah hari dimana gw memperbarui paspor Indonesia di luar negeri untuk pertama kalinya. Ini juga merupakan paspor keempat gw sepanjang umur. Flashback paspor pertama dibuat jaman gw masih balita, pas sekeluarga pindahan ke Virginia, USA ngikut bokap kerja. Paspor kedua jaman masih kerja di ExxonMobil. Berbekal embel-embel karyawan perusahaan minyak terbesar segalaksi andromeda kala itu, pembuatan paspor di kantor imigrasi I Jakarta Selatan cuma memakan waktu 15 menit saja, termasuk masukin berkas, wawancara dan foto. Satu hari kemudian, paspor sudah ada di tangan. The power of giant corporate , kalau orang bilang. Paspor ketiga, dibuat di kantor imigrasi II Yogyakarta dengan sistem swadaya dan bermartabat. Akhirnya ikutan ngerasain ngantri paspor berjubelan dengan ju