Skip to main content

My Fish!!


Wuah! Thanx banget buat miss_sarabellum yang dolo ngado saya aquarium. Sekarang uda aku isi, joex! Aku isi ikan koi. Jenisnya sih ikan koi mutiara [Jadi inget si Tiara, temenku yang hobi dandan, esp her hair!]. Ukurannya mini banget. Segede jari kelingking aja! Kemaren sore baru aku beli di toko aquarium sebelah DH91 Gejayan. Sempet bingung, coz jenis koi di toko itu banyak banget. Dari jenis koi tekim [teknik kimia? Namanya tekim mungkin budidaya anak tekkim kali ye..?], koi mutiara, koi black horn [padahal ga ada tanduknya!], koi master [ikan koi segede bogem mentah], etc. Tadinya pengen beli ikan koi warna item satu ekor yang rada gedean dikit, soalna aquariumna juga ga kecil2 banget. Setelah nyari2 ngalor ngidul ya di toko itu juga, benerna ada sih. Cuman secara biologis ikanna ga patut saya beli. Lha bayangin aja,nemu koi item yang keren gitu, taunya matanya gede sebelah. Nehi'dong! Ada juga yang secara fisik normal, tapi ternyata harganya 50.000! Waaa... Lha cuman bawa 20.000 jhe! ;D Akirna saya menjatuhkan pilihan pada 3 ekor koi mutiara itu. Dari bentuknya aja emang lutju. Ngingetin saya ama Goldeen, buat pokemon freaks pasti pada tau ;P


Lalala.. udahan dolo yee, mo ngasih makan koi saya dolo!
Chayo!

Comments

  1. akirnya jadi ngado aquarim ne si ayuk...

    kok gak beli itu...clown fish..si nemo
    hehehehe

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Why I hate stereotypes ?

I hate stereotypes. Why? Because it will drag you to become narrow minded in the way of your senses to respect a community. Some people called me terrorist, because I am moslem. Some people called me second level residence, because I am Asian. Some people called me nerd, because I don't drink and don't do shit. Stereotyping and generalization are the basic human being’s reaction. It’s subconscious and is triggered and formed based on our background, education, culture, social upbringing, etc. We can’t help it. And the judgment is personal, individual. Stereotyping is practiced by everyone about other communities or segments of the same community. Although I hate it, stereotypes are inherent to human nature, and for good reason. We are all stereotypical of fire. We don’t touch it because we know it will burn us. We are told never to touch snakes because they are poisonous. So aren’t we being stereotypical when we don’t go near these things? Aren’t we being stereotypical when

Tipe Tipe Dosen Penguji Skripsi

Menurut saya menonton sidang skripsi itu seru dan penting. Seru, karena kita jadi bisa melihat muka nelangsa teman teman kita yang sedang asik dibantai para dosen penguji. Tentu sebagai seseorang yang pernah pendadaran, saya mengerti rasanya tekanan saat sidang dimana sejuta umat manusia  beberapa dosen menguji hipotesis dan hasil penelitian saya. Ibarat dosen penguji adalah pemain liga voli, maka mahasiswa yang sidang adalah bola volinya: sering dioper sana sini dalam kebimbangan dan kegalauan.  Penting buat ditonton karena  sidang skripsi mengajarkan kepada kita bagaimana cara ngeles ala orang berpendidikan. Itu juga adalah momen dimana kita berhak memperjuangkan title geophysicist  tanpa perlu bayar SPP dan BOP saben semesternya lagi. Selain itu penting juga buat belajar dari kesalahan orang lain saat sidang supaya kesalahan sama ngga terulang. Namun, namanya lulus sidang skripsi itu susah susah gampang. Salah satu faktor penentunya adalah dosen penguji. Berikut adalah

Review Beberapa Sidang Skripsi (Part 1)

Kalau di postingan sebelumnya sempat ngebahas tentang karakter dosen penguji skripsi, kali ini saya mau fokus me- review  sidang skripsi yang saya tonton dalam 3 bulan terakhir.  Memang sejak kembali ke Indonesia, ada sekitar delapan sidang skripsi S1, dimana lima diantaranya saya tonton. Alhamdulillah delapan mahasiswa ini lulus semua ~ ngga ada yang ngulang. Tiga sidang skripsi yang ngga saya tonton adalah sidangnya Kris'GF07, Gondes'GF06 dan Pai'GF06 - dan sumpah nyesel banget. Terutama skripsi Gondes yang konon dia merangkai dan membuat seismogram sendiri, dipasang di gunung Merapi sendiri, datanya diakusisi sendiri, hasilnya diolah sendiri, diinterpretasi sendiri. Bahkan instrumen seismogram yang dia pasang di gunung Merapi katanya uda hilang ditelan material vulkanik letusan besar tahun 2010 kemarin. Ebuset. Itu butuh pengorbanan waktu dan stamina banget lah.  He embraced the philosophy of being a geophysicist. Sangat asolole. Review yang akan saya berikan t