WELCOME!

I know. Maybe it was the nearly-1-month Ramadhan which made me a bit laid back. Or maybe it has been a month after I received the admission letter from NCU which explicitly providing premature attempts (and failing, ha!) to show my personal life, health, and sanity out of the picture. I definitely should have prodded myself again and ring a bell as the time is clacking hastily. It is only thirty-days left until my departure to the so-called Formosa Island (oh geez don't frame me for being sluggish in thumbing-over one's history). Ain't like four-years ago when I left my country for America, this time around I don't really clasp the jitters. Not saying that I am ready to take the stakes, of course I have these quivers. But compared to the last one, this time is way better. It is just so much prominent when you know you are about to leave your country, family, and friends, yet you don't have to horse trade with any monkey business around your life. Yesterda...

Entah kenapa dalam beberapa minggu terakhir ini saya lagi merasa sentimentil. Ada banyak perasaan dan memori lama yang tergugah kembali mengingatkan saya kepada pengalaman hidup di masa lalu. Sebagian besar dari emosi sentimentil ini datang dari proses adaptasi saya dengan   budaya   dan segala perubahan yang terjadi di diri ini. Terutama pasca kembali ke Indonesia. Salah satu proses adaptasi terbesar dalam tiga bulan terakhir adalah status dari sebuah employee perusahaan migas raksasa dunia menjadi un-employed. Bisa dibilang ini keputusan terbesar yang pernah saya buat hingga saat ini. Saat keputusan itu diambil, saya harus berusaha ekstra keras untuk meyakinkan ayah dan ibu bahwa saya akan baik baik saja. "Baik baik saja" : sesuatu yang gampang diucapkan tapi susah dijalani pada kenyataannya. Orang tua mana yang tidak menginginkan sekuritas hidup untuk anaknya. Ibarat kubu merah dan kubu biru di ring tinju, option pengen-kerja-di-oil-company-lainnya versus option ...

Salah seorang teman dekat menyarankan saya untuk mencoba tes personality/psikologi dari humanmetrics.com. Wth? , bathin saya. Apakah saya diklaim punya kepribadian ganda lalu disuruh menjajal tes ini ? Haha itu mental orang Indonesia (ngga semua) secara general ya, hobi menjudge pada kesempatan pertama. :) Yasudah akhirnya saya semi niatkan untuk menjajal tes ini. Toh sudah lama saya tidak mengikuti tes psikologi seperti ini. Terakhir kali tes psikologi waktu jaman" nyari gawean. Tapi tes psikologi paling berkesan justru pada saat SMA kelas 2, dimana waktu itu lagi galaulikedwikong buat nentuin jurusan IPA/IPS dan jurusan kuliah. Anyway, tes psikologi yang diusulkan teman saya ini bersifat general dan tidak memakan waktu banyak. Hasil tes ini melihat lebih ke arah personality kita dan ngga ada itung"an deret aritmatika macem psikotest Chevron. Kita bakal disodori 72 pertanyaan. Jawabannya cuma yes atau no. Seperti pertanyaan psikologi lainnya, tipe pertanyaannya ...