Skip to main content

Penantian panjang

Subuh ini, tepatnya pukul 04.22, berlokasi di tempat penginapan Taman Siswa, Kaliurang, Jogjakarta, aku resmi dilantik jadi AWAK BALAIRUNG. Namaku termasuk dalam jajaran nama yang dipanggil mas Lukman -PU Balairung- sebagai anggota balairung. Well, akirna penantian panjang datang juga. Segala pengorbanan, dan energi uda kebales di pagi yang dingin itu. Jadi inget, dulu sempet ngeblog kalo bulan Oktober ini bakal jadi bulan gambling buat aku. Bulan dimana prestige, kemampuan bagi waktu, dan daya tahan tubuh jadi taruhan. Soalnya selain ada magang balkon, bulan ini juga lagi masa-masa mid, bulan puasa, belom lagi kudu bisa ngejelasin ke nyokap tentang apa yang sedang aku kerjakan saat itu. Itu semua bener-bener -duh- capek banget! Apalagi pas bawa mobil ke Balairung buat editing mpe jam 11 malem. Pulang-pulang tuh nyokap uda nunggu di rumah dan bilang, "Kamu tau aturan gak sih? Make' mobil mpe gini hari!!!". Duh, bener-bener ga nyangka bakal disemprot kayak gituw. Akirna dengan berbekal muka badak, sejak saat itu aku justru sering pulang malem. Akibatnya, semakin sering pula nyokap ngomel-ngomel. Nyokap benerna uda aku jelasin tentang posisi aku di Balairung waktu itu, but maybe she can't believe of what her son doing. Trus pas terbit balkon 68, aku kasih 1 eksemplar buat nyokap. Pertama ga ada reaksi. Beberapa detik baru bilang, "Oh, ini yang selama ini kamu garap? Bagus juga!! Kayaknya kamu ga salah masuk deh." Whoa!! Finally... Itu udah pengakuan yang luar biasa buat aku. Serasa masuk Balairung tuh diridhoi gitu logh... Apalagi dengan keberadaanku sekarang jadi Awak Balairung 2004, puas deh!!! Yang jelas, sekarang yang wajib aku lakukan adalah gimana caranya bisa adaptasi ma atmosfer Balairung. Butuh bisa bagi waktu dengan bener!!

For all of you guys who always helping me, always supporting me, and always be there just for me, i just want to say thanks, dude!!! Thanks a lot to: my mom, my dad, miss_sarabellum, nien, tzaz, balkon 68 crew [ides, putri, okta, ikhdah, marten, ipan, sari, esthi, intan], pada editor [mbak izzah, mas adi, mas rusman, mas arif, dkk], miss_PONDS, miss_NIVEA, ananda lontoh, indra-geof, andika-geof, ai-geof, bram-ilkom, andi-elins, and all of my fans in anywhere!!! ;P

Chayo!

Comments

  1. waw!!!!!!!!!!! curang, mid dah selesai... hiks, mid may ancur2an..... malu kalo balik ke jogja dengan segudang nilai D... hikZ!!!! ciee, udah jd anak Balairung..... top2... keren abizz... take care there!!!!

    ReplyDelete
  2. Anonymous3:04 PM

    hics... jadi terharu sayanyah... mana ikud disebut...
    sukses terus yah! jadilah seorang jurnalis yang independen dan objektif, ok?!!!
    gutlakk!

    -nien-

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Why I hate stereotypes ?

I hate stereotypes. Why? Because it will drag you to become narrow minded in the way of your senses to respect a community. Some people called me terrorist, because I am moslem. Some people called me second level residence, because I am Asian. Some people called me nerd, because I don't drink and don't do shit. Stereotyping and generalization are the basic human being’s reaction. It’s subconscious and is triggered and formed based on our background, education, culture, social upbringing, etc. We can’t help it. And the judgment is personal, individual. Stereotyping is practiced by everyone about other communities or segments of the same community. Although I hate it, stereotypes are inherent to human nature, and for good reason. We are all stereotypical of fire. We don’t touch it because we know it will burn us. We are told never to touch snakes because they are poisonous. So aren’t we being stereotypical when we don’t go near these things? Aren’t we being stereotypical when

Tipe Tipe Dosen Penguji Skripsi

Menurut saya menonton sidang skripsi itu seru dan penting. Seru, karena kita jadi bisa melihat muka nelangsa teman teman kita yang sedang asik dibantai para dosen penguji. Tentu sebagai seseorang yang pernah pendadaran, saya mengerti rasanya tekanan saat sidang dimana sejuta umat manusia  beberapa dosen menguji hipotesis dan hasil penelitian saya. Ibarat dosen penguji adalah pemain liga voli, maka mahasiswa yang sidang adalah bola volinya: sering dioper sana sini dalam kebimbangan dan kegalauan.  Penting buat ditonton karena  sidang skripsi mengajarkan kepada kita bagaimana cara ngeles ala orang berpendidikan. Itu juga adalah momen dimana kita berhak memperjuangkan title geophysicist  tanpa perlu bayar SPP dan BOP saben semesternya lagi. Selain itu penting juga buat belajar dari kesalahan orang lain saat sidang supaya kesalahan sama ngga terulang. Namun, namanya lulus sidang skripsi itu susah susah gampang. Salah satu faktor penentunya adalah dosen penguji. Berikut adalah

Review Beberapa Sidang Skripsi (Part 1)

Kalau di postingan sebelumnya sempat ngebahas tentang karakter dosen penguji skripsi, kali ini saya mau fokus me- review  sidang skripsi yang saya tonton dalam 3 bulan terakhir.  Memang sejak kembali ke Indonesia, ada sekitar delapan sidang skripsi S1, dimana lima diantaranya saya tonton. Alhamdulillah delapan mahasiswa ini lulus semua ~ ngga ada yang ngulang. Tiga sidang skripsi yang ngga saya tonton adalah sidangnya Kris'GF07, Gondes'GF06 dan Pai'GF06 - dan sumpah nyesel banget. Terutama skripsi Gondes yang konon dia merangkai dan membuat seismogram sendiri, dipasang di gunung Merapi sendiri, datanya diakusisi sendiri, hasilnya diolah sendiri, diinterpretasi sendiri. Bahkan instrumen seismogram yang dia pasang di gunung Merapi katanya uda hilang ditelan material vulkanik letusan besar tahun 2010 kemarin. Ebuset. Itu butuh pengorbanan waktu dan stamina banget lah.  He embraced the philosophy of being a geophysicist. Sangat asolole. Review yang akan saya berikan t