Skip to main content

Cha Sayur

Ga biasanya niy, seorang saya, interest buat nyoba yang namanya masak. Tapi paling ngga minat saya tentang tau gimana cara masak timbul pada hari ini, tepatna sebelum sholat Jum'atan dimulai. Jadi ceritanya siang itu nyokap lagi masak lauk makan siang saya berupa cha sayur, yaitu sejenis masakan khas chinnesse yang isinya sayur mayur komplit mulai dari sawi, wortel, toge, tomat, dll plus sedikit tambahan daging. Masakan ini emang menu favorit saya selaen cap cay dan kwetiaw pastinya. Sekilas kok masakan berbau China semua ya? Yup! I do loves those chinnesse' foods!

Ada beberapa alasan kenapa saya suka ama masakan China. Pertama emang karena cara masaknya yang umumnya simpel, jadi bisa dibilang kalo makanan China itu makanan cepat saji. Kedua karena banyak rata2 masakan China itu banyak sayurannya. Ini pas banget buat saya yang notabene ga begitu doyan sayuran. Yah, semua masakan di dunia ini rata2 ada sayurannya kali ye? Tapi kalo masakan China itu *dari yang saya baca di Femina punya mbak saya lho* rata2 berkomposisi 70 % sayur, sisanya bumbu penyedap, daging, buah, dll. Tapi itu juga balik ke yang masak seh, mau banyak sayurnya ato ngga. Ketiga, dan ini yang paling penting, masakan China umumnya dimasak dengan cara direbus ato dikukus, serta jarang memakai minyak goreng. Kalopun make', porsinya dikit. Penting tu buat kesehatan!

Eniwei, balik lagi ke nyokap pas masak, gw dikasih taw gitu gimana cara masak cha sayur, so kalo gw kelaperan tinggal masak ndiri. Berikut tatacara *basa kerennya : resep* bikin cha sayur:

1. Siapin segala pernak-pernik sayur. Apa yang ada di pasar mending diborong semua, mengingat masakan ini bebas mo dibubuhi sayuran macam apapun. Pokokna sesuka hati. Trus potong sesuai jenis dan ukuran sayur.
2. Bagus lagi kalo pake daging. Ato kalo kemahalan pake bakso / sosis juga gapapa. Potong sesuai selera. Buat yang vegetarian, tanpa daging uda oke kok!
3. Siapin wajan *buat yang ngga tau apa itu wajan, silakan tanya Mbak Sum dolo*. Panaskan diatas bara api.
4. Masukkan satu sendok makan minyak goreng / mentega ke wajan.
5. Masukin juga sayur mayur yang uda dipotong2 tadi plus dagingnya *bagi yang make*.
6. Tambah air secukupnya.
7. Kalo udah mendidih kasih masing2 satu sendok makan saus tiram dan minyak asin .
8. Bagi yang pengen kuahnya kental, silakan diberi tepung maizena ato tepung kanji yang uda dicampur dengan aer sebanyak 50 ml *seperempat gelas belimbing*
9. Tunggu mpe tercium semerbak wangi bunga mawar ... eh, maksudna semerbak wangi cha sayur bikinan kamu!
10. Cha sayur kamu uda siap!

Paling manteb kalo makan niy lauk ma nasi putih pulen pas lagi panas-panasnya ditemani teh manis anget, trus nonton Fifi Aleyda Yahya di MetroNews. Wah, dijamin mimpi basah deh!

Silakan dicoba...

Comments

Popular posts from this blog

Why I hate stereotypes ?

I hate stereotypes. Why? Because it will drag you to become narrow minded in the way of your senses to respect a community. Some people called me terrorist, because I am moslem. Some people called me second level residence, because I am Asian. Some people called me nerd, because I don't drink and don't do shit. Stereotyping and generalization are the basic human being’s reaction. It’s subconscious and is triggered and formed based on our background, education, culture, social upbringing, etc. We can’t help it. And the judgment is personal, individual. Stereotyping is practiced by everyone about other communities or segments of the same community. Although I hate it, stereotypes are inherent to human nature, and for good reason. We are all stereotypical of fire. We don’t touch it because we know it will burn us. We are told never to touch snakes because they are poisonous. So aren’t we being stereotypical when we don’t go near these things? Aren’t we being stereotypical when

Tipe Tipe Dosen Penguji Skripsi

Menurut saya menonton sidang skripsi itu seru dan penting. Seru, karena kita jadi bisa melihat muka nelangsa teman teman kita yang sedang asik dibantai para dosen penguji. Tentu sebagai seseorang yang pernah pendadaran, saya mengerti rasanya tekanan saat sidang dimana sejuta umat manusia  beberapa dosen menguji hipotesis dan hasil penelitian saya. Ibarat dosen penguji adalah pemain liga voli, maka mahasiswa yang sidang adalah bola volinya: sering dioper sana sini dalam kebimbangan dan kegalauan.  Penting buat ditonton karena  sidang skripsi mengajarkan kepada kita bagaimana cara ngeles ala orang berpendidikan. Itu juga adalah momen dimana kita berhak memperjuangkan title geophysicist  tanpa perlu bayar SPP dan BOP saben semesternya lagi. Selain itu penting juga buat belajar dari kesalahan orang lain saat sidang supaya kesalahan sama ngga terulang. Namun, namanya lulus sidang skripsi itu susah susah gampang. Salah satu faktor penentunya adalah dosen penguji. Berikut adalah

Review Beberapa Sidang Skripsi (Part 1)

Kalau di postingan sebelumnya sempat ngebahas tentang karakter dosen penguji skripsi, kali ini saya mau fokus me- review  sidang skripsi yang saya tonton dalam 3 bulan terakhir.  Memang sejak kembali ke Indonesia, ada sekitar delapan sidang skripsi S1, dimana lima diantaranya saya tonton. Alhamdulillah delapan mahasiswa ini lulus semua ~ ngga ada yang ngulang. Tiga sidang skripsi yang ngga saya tonton adalah sidangnya Kris'GF07, Gondes'GF06 dan Pai'GF06 - dan sumpah nyesel banget. Terutama skripsi Gondes yang konon dia merangkai dan membuat seismogram sendiri, dipasang di gunung Merapi sendiri, datanya diakusisi sendiri, hasilnya diolah sendiri, diinterpretasi sendiri. Bahkan instrumen seismogram yang dia pasang di gunung Merapi katanya uda hilang ditelan material vulkanik letusan besar tahun 2010 kemarin. Ebuset. Itu butuh pengorbanan waktu dan stamina banget lah.  He embraced the philosophy of being a geophysicist. Sangat asolole. Review yang akan saya berikan t