Skip to main content

Depth Interview

Ciaaat!

Kemaren saya uda selesai menjalani
depth interview-nya Dagadu. Ini merupakan seleksi ke-4 untuk tahap mencari bibit2 unggul Garda Depan Dagadu Jogja. Wew, sesuai namanya, interview yang satu ini bener2 interview yang sangat berbobot. Gimana ngga? Yang ngewawancara aja supervisor-nya langsung, tentu ditambah beberapa mbak & mas alumni GarDep. Wawancara dibagi menjadi dua tahap, wawancara di dalem dan wawancara di luar. Kebetulan aku absen pertama yang masuk dan langsung dapet wawancara di dalem.

Wawancara Dalem
Wawancara ini langsung dipegang ama supervisor-nya, mas Andre, dan alumni GarDep 22, mas Aris. Mereka berdua emang keliatannya uda topcer banget dalam urusan wawancara. Beberapa pertanyaan yang diajukan emang ga jarang butuh sedikit mengernyitkan dahi. Dalem gitu logh. Alhasil wawancara selama 50 menit ini berhasil bikin tenggorokan saya berasa puasa 40 hari, haus banget bo! Serunya lagi, mereka mengadakan simulasi GarDep gitu. Jadi, saya disuruh pura2nya jadi GarDep di ground Malioboro Mall. Trus ada 2 calon pembeli yang sama2 rese'nya. Simulasi ini diperankan oleh fEysaL Cute (FC), mas Andre (MAn) dan mas Aris (MAr). Simulasinya berjalan cukup alot, sekitar 15 menit. Ada satu part dimana bego saya tu ketauan.

..... setelah simulasi berjalan 10 menit ......

MAr : Mas, liat baju yang itu dunkz..
MAn : Saya juga mas, baju yang itu ...
FC : Ini mas, ngasi 2 baju berbeda(warna putih dan kuning)
MAn : Wah, baju yang putih ini kok gedhe banget ya mas?
FC : Oh, itu ukurannya XL (ngaco, padahal ada tulisannya jelas2 L)
MAr : Mas, kok baju yang kuning ini bahannya tipis (ternyata itu Dagadu palsu!)
FC : (karena ga tau Dagadu palsu) ... Oh, iya mas emang itu bahannya tipis, soalnya itu model musim panas. Trendy mas, silir gitu logh! (stupid asshole!)

...... yah, itu salah satu kebodohan saya hari ini .....
Habis simulasi selesai, saya langsung dihujani caci maki, benci, serta prahara nista secara bertubi2. Wah, kacau deh wawancara pertama. Huwhuwhuw... T_T

Wawancara Luar
Featuring mbak Eka dan Mas Biben sebagai pewawancara. Dari segi pertanyaan, wawancara di luar lebih simple ketimbang di dalem. Ga ada hambatan yang berarti buat yang di luar ini. So far, so good.

Selesai test tepat pukul 14.30. Ternyata di luar uda ujan deres. Akirna malah nongkrong n kenalan bareng temen2 yang ikod shift berikutna. Dapet kenalan baru. Wah, ceweknya ada yang mirip Helena euy. Uda gitu, sama2 bisa nyanyi. :) Pengumuman test tanggal 3 Maret jam 13.00

Chayo!

Comments

Popular posts from this blog

Why I hate stereotypes ?

I hate stereotypes. Why? Because it will drag you to become narrow minded in the way of your senses to respect a community. Some people called me terrorist, because I am moslem. Some people called me second level residence, because I am Asian. Some people called me nerd, because I don't drink and don't do shit. Stereotyping and generalization are the basic human being’s reaction. It’s subconscious and is triggered and formed based on our background, education, culture, social upbringing, etc. We can’t help it. And the judgment is personal, individual. Stereotyping is practiced by everyone about other communities or segments of the same community. Although I hate it, stereotypes are inherent to human nature, and for good reason. We are all stereotypical of fire. We don’t touch it because we know it will burn us. We are told never to touch snakes because they are poisonous. So aren’t we being stereotypical when we don’t go near these things? Aren’t we being stereotypical when

Tipe Tipe Dosen Penguji Skripsi

Menurut saya menonton sidang skripsi itu seru dan penting. Seru, karena kita jadi bisa melihat muka nelangsa teman teman kita yang sedang asik dibantai para dosen penguji. Tentu sebagai seseorang yang pernah pendadaran, saya mengerti rasanya tekanan saat sidang dimana sejuta umat manusia  beberapa dosen menguji hipotesis dan hasil penelitian saya. Ibarat dosen penguji adalah pemain liga voli, maka mahasiswa yang sidang adalah bola volinya: sering dioper sana sini dalam kebimbangan dan kegalauan.  Penting buat ditonton karena  sidang skripsi mengajarkan kepada kita bagaimana cara ngeles ala orang berpendidikan. Itu juga adalah momen dimana kita berhak memperjuangkan title geophysicist  tanpa perlu bayar SPP dan BOP saben semesternya lagi. Selain itu penting juga buat belajar dari kesalahan orang lain saat sidang supaya kesalahan sama ngga terulang. Namun, namanya lulus sidang skripsi itu susah susah gampang. Salah satu faktor penentunya adalah dosen penguji. Berikut adalah

Review Beberapa Sidang Skripsi (Part 1)

Kalau di postingan sebelumnya sempat ngebahas tentang karakter dosen penguji skripsi, kali ini saya mau fokus me- review  sidang skripsi yang saya tonton dalam 3 bulan terakhir.  Memang sejak kembali ke Indonesia, ada sekitar delapan sidang skripsi S1, dimana lima diantaranya saya tonton. Alhamdulillah delapan mahasiswa ini lulus semua ~ ngga ada yang ngulang. Tiga sidang skripsi yang ngga saya tonton adalah sidangnya Kris'GF07, Gondes'GF06 dan Pai'GF06 - dan sumpah nyesel banget. Terutama skripsi Gondes yang konon dia merangkai dan membuat seismogram sendiri, dipasang di gunung Merapi sendiri, datanya diakusisi sendiri, hasilnya diolah sendiri, diinterpretasi sendiri. Bahkan instrumen seismogram yang dia pasang di gunung Merapi katanya uda hilang ditelan material vulkanik letusan besar tahun 2010 kemarin. Ebuset. Itu butuh pengorbanan waktu dan stamina banget lah.  He embraced the philosophy of being a geophysicist. Sangat asolole. Review yang akan saya berikan t