Skip to main content

... My Happy Ending ...


*ambil napas dolo*

Fiuh. Lega euy! Itu perasaan saya dalam beberapa hari ini. My life is just like a simple melodic harmony of piano. Enak banget ngejalaninnya. Well, no wonder, emang belakangan tengah terjadi beberapa kejadian yang begitu indah dan mengejutkan. Tumben2an niy, seorang saya kok bisa sedikit legowo dan -ehem- sedikit dewasa dalam menyikapinya *cieleh, gaya lo!!*

Hal pertama begitu indah dan mengejutkan terjadi pada tanggal 30 -yup, pas Nyepi itu- . Berlokasi di rumah saya, kira2 pukul 8 pagi, dimana saya masih belom mandi, belom boker, belom gosok gigi, tau2 muncullah para panitia OT Dagadu -mas Aris & mbak Niken- with Mas Adi -salah seorang manajer sister brand Dagadu- . Anjrit, ngapain seh dateng jam segini??, bathin saya. Ya udah, dengan persiapan alakadarnya dan sebagai tuan rumah yang baek hati dan tidak sombong, saya sambut mereka. Pagi itu ngga ada firasat apapun tentang apa yang bakal terjadi hari itu. Singkat kata, mereka langsung to the point, ngebahas hasil seleksi Gardep26. Setelah 20 menitan puas nguatin mental saya, dan saya langsung diberi sepucuk surat resmi Dagadu yang intinya Feisal Dirgantara belum dapat bergabung menjadi Gardep 26 Dagadu. Sebuah kenyataan yang harus saya terima dan telen bulet2 pagi itu. Langit pun mendadak bergelayut menjadi kelabu pucat. Apa karena ikut berkabung? Hell, no! Siapa yang berkabung? Langitna jadi mendung gara2 mo ujan kaleee... Well, jujur aja, perasaan kecewa pasti ada lah. Namanya juga manusia. Kalo kenyataan ga sesuai ama harapan, sapa seh yang nggak gelo? But, hey man! Gw ni masih punya kehidupan di luar sana. Gw masih punya keluarga di Jogja, punya temen SMP-SMA di Jogja, punya temen2 Geofis'04, punya Balairung, punya HMGF. Gw masih punya tempat bernaung! Justru, saya bersyukur menerima hasil dari Dagadu, karena bikin kulit gw makin tebel, makin tahan banting, makin ngerti menyikapi sebuah keberhasilan yang tertunda. Yah, persis lagunya Xtina Aguilera - Fighter itu logh. Lagipula saya bareng Didit, mas Molen, dan Devin yang menjadi manusia2 yang belum dapat menjadi bagian Dagadu. Over all, apakah gw rugi? Ngga juga, buktinya dapet 3 kaos Dagadu -free-; bisa kenalan ama orang2 penting Dagadu -direktur, manajer, HRD, alumni gardep, dll-; bisa kenalan ama temen2 seperjuangan -cagardep 26, gardep aktif 24&25, panitia OT-; bisa ngerti manajemen sebuah perusahaan besar macem Dagadu; bisa ngerasain betapa kudu iklasnya kala kita melayani konsumen; dan masih banyak yang laennya. Pastinya seh i'm getting even wiser. Semoga yang satu ini ngga salah ;) Tengkyu Dagadu buat segala hal yang pernah diberikan pada saya. Thanks 4 da most beautiful moment ever in my life! Sure, it does worth! 4 bulan lagi mo nyobain lagi? Weleh2... mbuh yo! Jadi joki aja kali yee...

my last memory with those stupid and nasty people


Hal kedua yang begitu indah dan mengejutkan adalah SIM A dan C saya uda jadi! Wow, berangkat jam 8, tau2 jam 11 uda jadi! Cukup cepet untuk ukuran polisi Jogja. Salut untuk Polres Sleman yang bikin SIMnya begitu handal *handal? yang dipake di kaki itu?*. Total biaya 350ribu untuk 4 SIM -ama SIM kakak saya-. Poto SIM saya keren logh, soalna ama bapak polisinya boleh pake gaya. Saya seh pake gaya senyum model gituw dehh... Aww.... Sekarang kalo maw ada cegatan polisi, huh, sini maju!!

Hal ketiga yang begitu indah dan mengejutkan adalah kado ultah dari Pakdhe Toni. Hehe, ngga nyangka dapet kado itu. Padahal ultah saya juga masih lama gitu. Malah, ultah saya ma Pakdhe Toni benerna bareng. Cengar-cengir sendiri waktu buka bungkusna. Hehe... Tengkyuh!

Hal keempat yang begitu indah dan mengejutkan adalah sempet2na saya blogging, sementara senen besok uda ujian!! Kekeke...

Semoga hari2 saya ke depan bisa sedamai dan setenang hari2 ini...Amien!

Chayo!

Comments

Popular posts from this blog

Why I hate stereotypes ?

I hate stereotypes. Why? Because it will drag you to become narrow minded in the way of your senses to respect a community. Some people called me terrorist, because I am moslem. Some people called me second level residence, because I am Asian. Some people called me nerd, because I don't drink and don't do shit. Stereotyping and generalization are the basic human being’s reaction. It’s subconscious and is triggered and formed based on our background, education, culture, social upbringing, etc. We can’t help it. And the judgment is personal, individual. Stereotyping is practiced by everyone about other communities or segments of the same community. Although I hate it, stereotypes are inherent to human nature, and for good reason. We are all stereotypical of fire. We don’t touch it because we know it will burn us. We are told never to touch snakes because they are poisonous. So aren’t we being stereotypical when we don’t go near these things? Aren’t we being stereotypical when

Tipe Tipe Dosen Penguji Skripsi

Menurut saya menonton sidang skripsi itu seru dan penting. Seru, karena kita jadi bisa melihat muka nelangsa teman teman kita yang sedang asik dibantai para dosen penguji. Tentu sebagai seseorang yang pernah pendadaran, saya mengerti rasanya tekanan saat sidang dimana sejuta umat manusia  beberapa dosen menguji hipotesis dan hasil penelitian saya. Ibarat dosen penguji adalah pemain liga voli, maka mahasiswa yang sidang adalah bola volinya: sering dioper sana sini dalam kebimbangan dan kegalauan.  Penting buat ditonton karena  sidang skripsi mengajarkan kepada kita bagaimana cara ngeles ala orang berpendidikan. Itu juga adalah momen dimana kita berhak memperjuangkan title geophysicist  tanpa perlu bayar SPP dan BOP saben semesternya lagi. Selain itu penting juga buat belajar dari kesalahan orang lain saat sidang supaya kesalahan sama ngga terulang. Namun, namanya lulus sidang skripsi itu susah susah gampang. Salah satu faktor penentunya adalah dosen penguji. Berikut adalah

Review Beberapa Sidang Skripsi (Part 1)

Kalau di postingan sebelumnya sempat ngebahas tentang karakter dosen penguji skripsi, kali ini saya mau fokus me- review  sidang skripsi yang saya tonton dalam 3 bulan terakhir.  Memang sejak kembali ke Indonesia, ada sekitar delapan sidang skripsi S1, dimana lima diantaranya saya tonton. Alhamdulillah delapan mahasiswa ini lulus semua ~ ngga ada yang ngulang. Tiga sidang skripsi yang ngga saya tonton adalah sidangnya Kris'GF07, Gondes'GF06 dan Pai'GF06 - dan sumpah nyesel banget. Terutama skripsi Gondes yang konon dia merangkai dan membuat seismogram sendiri, dipasang di gunung Merapi sendiri, datanya diakusisi sendiri, hasilnya diolah sendiri, diinterpretasi sendiri. Bahkan instrumen seismogram yang dia pasang di gunung Merapi katanya uda hilang ditelan material vulkanik letusan besar tahun 2010 kemarin. Ebuset. Itu butuh pengorbanan waktu dan stamina banget lah.  He embraced the philosophy of being a geophysicist. Sangat asolole. Review yang akan saya berikan t