Skip to main content

... Merapi ...

Duhh,,,

Saya lagi agak sedikit worried ngliat kondisi Merapi yang lagi ngga fit. Jadi agak sedikit parno, suka mikir yang ngga2... Nek Jogja koyo pelm Volcano pie yo?? Itu lho, pelm tentang gunung njebluk, njuk New York City tertimbun material vulkanik. Ga ada yang selamet, kecuali 2 orang ilmuwan yang emang uda tau kalo tu gunung mo njebluk *he'e ra tho?*

Dolo mah waktu pindah ke Jogja jaman SD, yang namanya Merapi ya sekedar gunung yang belom mati. Masih bisa nyembur2 kembang api gituww... Jadi inget waktu Merapi meletus taon 1994, saya masih kelas 4 SD. Waktu itu lagi pulang sekolah jam 11an. Lagi mo balik naek angkot duduk samping pak supir. Lokasi di jalan AM Sangaji ngarah ke utara *madep Merapi*, tau2 dari Merapinya muncul asep item mirip asep item knalpot. Wuuussshhh, asepnya ngepul, bergulung2 nutupin puncak Merapi. Edian. Kala itu seh mikirnya, " Woooww .. pemandangannya keren banget !!! " , tanpa mikir kalo nyawa kota Jogja sedang terancam *goblok!!*

Tapi sekarang jaman uda berubah. Saya uda kuliah di program studi Geofisika, ilmu yang notabene deket banget ama fenomena Merapi. Anehnya bukannya lebih wise dalam mikir, kok malah jadi parno...

Natural disaster is so 'awesome' to learn...

Chayo!

Comments

Popular posts from this blog

Why I hate stereotypes ?

I hate stereotypes. Why? Because it will drag you to become narrow minded in the way of your senses to respect a community. Some people called me terrorist, because I am moslem. Some people called me second level residence, because I am Asian. Some people called me nerd, because I don't drink and don't do shit. Stereotyping and generalization are the basic human being’s reaction. It’s subconscious and is triggered and formed based on our background, education, culture, social upbringing, etc. We can’t help it. And the judgment is personal, individual. Stereotyping is practiced by everyone about other communities or segments of the same community. Although I hate it, stereotypes are inherent to human nature, and for good reason. We are all stereotypical of fire. We don’t touch it because we know it will burn us. We are told never to touch snakes because they are poisonous. So aren’t we being stereotypical when we don’t go near these things? Aren’t we being stereotypical when

Tipe Tipe Dosen Penguji Skripsi

Menurut saya menonton sidang skripsi itu seru dan penting. Seru, karena kita jadi bisa melihat muka nelangsa teman teman kita yang sedang asik dibantai para dosen penguji. Tentu sebagai seseorang yang pernah pendadaran, saya mengerti rasanya tekanan saat sidang dimana sejuta umat manusia  beberapa dosen menguji hipotesis dan hasil penelitian saya. Ibarat dosen penguji adalah pemain liga voli, maka mahasiswa yang sidang adalah bola volinya: sering dioper sana sini dalam kebimbangan dan kegalauan.  Penting buat ditonton karena  sidang skripsi mengajarkan kepada kita bagaimana cara ngeles ala orang berpendidikan. Itu juga adalah momen dimana kita berhak memperjuangkan title geophysicist  tanpa perlu bayar SPP dan BOP saben semesternya lagi. Selain itu penting juga buat belajar dari kesalahan orang lain saat sidang supaya kesalahan sama ngga terulang. Namun, namanya lulus sidang skripsi itu susah susah gampang. Salah satu faktor penentunya adalah dosen penguji. Berikut adalah

Review Beberapa Sidang Skripsi (Part 1)

Kalau di postingan sebelumnya sempat ngebahas tentang karakter dosen penguji skripsi, kali ini saya mau fokus me- review  sidang skripsi yang saya tonton dalam 3 bulan terakhir.  Memang sejak kembali ke Indonesia, ada sekitar delapan sidang skripsi S1, dimana lima diantaranya saya tonton. Alhamdulillah delapan mahasiswa ini lulus semua ~ ngga ada yang ngulang. Tiga sidang skripsi yang ngga saya tonton adalah sidangnya Kris'GF07, Gondes'GF06 dan Pai'GF06 - dan sumpah nyesel banget. Terutama skripsi Gondes yang konon dia merangkai dan membuat seismogram sendiri, dipasang di gunung Merapi sendiri, datanya diakusisi sendiri, hasilnya diolah sendiri, diinterpretasi sendiri. Bahkan instrumen seismogram yang dia pasang di gunung Merapi katanya uda hilang ditelan material vulkanik letusan besar tahun 2010 kemarin. Ebuset. Itu butuh pengorbanan waktu dan stamina banget lah.  He embraced the philosophy of being a geophysicist. Sangat asolole. Review yang akan saya berikan t