Skip to main content

Pelantikan & Wisuda Gardep...

Maybe it would be one of my longest posting blog...
No wonder, this is one of my best part of my life...
Meet those great people, make new friendship...
And yes it does, friendship will never end...

Kejadian ini terjadi pada hari Senin malem, 3 April 2006. Hari Senin bener2 hari yang melelahkan. Ujian 2 mata kuliah : Perpetaan dan Fismat II, dan uda gitu ngga bisa ngerjain pula!! Huwhuw... dasar dosen bejat, kok bikin soal susah2 seh.. Betapa menyedihkan hari ini... Hey, swept those tears! Karena malem ini adalah salah satu malam yang bisa saya lupakan, bisa ketemu lagi ama temen2 Gardep26. Sebuah moment yang ga bakal bisa saya lupain. Maybe this is my last chance to meet and greet with those lovely people. Makanya semuanya kudu disiapin sedemikian rupa, supaya menjadi malam berkesan.

Rencana mau dateng ke acara Pelantikan & Wisuda Gardep merupakan pilihan yang sulit. Di satu sisi, jujur, tadinya saya cukup males untuk dateng ke acara yang bakal bikin makan ati. Tapi ngga jadi makan ati dinkz, lha ada sekarang ada Kompas di hatiku ;p~ Di sisi yang lain, saya kangen banget ama mereka. Kangen pengen ketemu Tunjung, Rasya, Adit, Erwyn, Anton, Dini, Dian, Ginung, Tyo, Dila, Vitha, Singgih, Ina, Irma, Mala, Hastono, Teguh, Desy, Shanti, Yunita, Tegar. Pokokna pengen ngobrol, ngegosip, bercanda tawa seperti waktu seleksi dolo.... So emotional, huh?

Akirna kita, the three knights, yaitu saya, Devin dan Mas Molen, praktis menjadi duta berkabung malem itu. So sad, we'll meet our best friends for the last time. Paling ngga, ini bisa dibilang pertemuan terakir untuk ketemuan rame2. Kita bertiga janjian kompakan dateng bareng gitu. Saya yang bawa mobil kudu ngejemput Devin & Mas Molen dolo. Kita juga janjian pake baju item-item. Pokokna tetep pake aturan dresscode! Suasana penjemputan berlangsung lancar karena ketidakbutaan saya tentang jalan Jogja. Di dalem mobil, kita bertiga sempet ber-dag-dig-dug ria gitu. Agak nggak pede & kikuk dateng ke UGD.

Akirnya begitu masuk di pengkolan Pakuningratan, riuh rendah suasana UGD uda keliatan. Bahkan kita bisa liat temen2 Gardep26 pada pake outfit tema Jogjavaganza. Ada yang pake pakaian sirkus, badut, gadis gipsi, cewek bencong, ibu peri, mpe dandan ala Romy Rafael. Wakaka... two tumbs buat kerja keras kalian!!!

Jreng... akirna waktunya tiba. Waktu selesai parkir, kita bertiga turun bareng gitu. Wah, waktu yang ditunggu2 akirna bener2 dateng. Tiba juga! Dengan perasaan berkecamuk dan bergelora di dalam dada *hasyah*, kita beraniin diri jalan ke UGD. Awalna temen2 Gardep26 belom nyadar gitu, who's that f*ckin people walking to us? Tapi begitu radius 10 meter, mereka langsung jejeritan rame2.

" Kyaaaaaaa............ "
" Waaaaaaaaaaaa.... "
" Aaaaaaaaa............ "

Bener2 berasa di playgroup. Suasana jalan Pakuningratan yang tadinya mirip kuburan, tau2 jadi mirip pasar malem akibat dengungan jeritan stereo nan dahsyat dari mereka. Setelah puas jerit malam, giliran nama kita bertiga yang dielu-elukan.

" Feeeeeiiisssssaaaaaalll... "
" Deeevvviiiiinnnnnnnnn... "
" Mooollllleeeeeeennnn... "

Berasa artis bo! Lumayan, buat latihan kalo besok jadi artis beneran ;p~ Then, akirna kita bersatu lagi! Suasana haru pun ngalir. Temen2 gardep26 pada terharu gitu melihat artis idolanya hadir, eh bukan ya? Ehem, melihat kita bertiga hadir maxudna. Gila, suasananya tu bener2 banjir air mata. All of them are crying. Ya ampun, kita bertiga malah jadi salting. Aduh, biasa aja kali coy... ;p~ Beberapa orang yang bener2 cry me a river ada si Rasya, Tunjung, dan Adit. Apalagi Rasya & Tunjung, fuh.. mpe kering tu kantong air mata. Duh, 3 orang ini begitu special buat aku. Tiga orang ini yang bareng ama aku seleksi dari awal mpe akirna bisa tahap akhir. Tunjung, temen seleksi FGD, bener2 orang yang klop ngobrol apapun. Rasya, temen seleksi Depth Interview, bener2 sosok pribadi yang hangat. Adit, temen seleksi Depth Interview, bener2 orang yang gokil tapi tetep down to earth. Wah, jadi berat waktu kudu ketemu ma mereka bertiga.

Puas meet and greet bareng kita bertiga, giliran kita bertiga yang meet and greet bareng mereka. Wah, mereka keliatan keren banget jadi gardep26. Pastinya Dagadu ga salah milih orang niy. Saya secara pribadi pastinya bangga banget bisa ngeliat mereka akirna berhasil. It's not easy to deal with your destiny. But you've made it, guys!

Secara keseluruhan, acara pelantikan & wisuda gardep berjalan meriah banget. Heboh deh. Gardep 24-25 dateng dengan dresscode masing2. Gardep 24 yang maw diwisuda dateng dengan outfit glamour *really love this style*. Gardep 25 juga ga mau kalah dengan dateng ala penyanyi reggae. Ga ketinggalan, yang alumni dan karyawan juga dateng dengan dresscode pecinan. Seru banget malem itu... Unforgetable moment..

Setelah puas berfoto nostalgia, akirna tiba di saat paling berat : pamit pulang. Beraaaattttt bangeeettt melangkah maw pulang. Pas maw pamit beneran, lagi-lagi deh, meledak suasana haru di UGD. Bener2 ngga nahan. Not forget, i got a big hug from Singgih, Ginung, Adit, Rasya, Tunjung. Gilak, gw bener2 speachless. Tentunya sulit ninggalin memori yang uda kebangun 1,5 bulan belakangan ini.

But we must leave right now. Akirna kita bener2 pulang. Hilang dari pandangan di UGD. Sekalipun demikian, memori indah bareng Dagadu tentu ngga bakal hilang di hati. Apalagi temen2 gardep 26....

I miss you all.....

Comments

Popular posts from this blog

Why I hate stereotypes ?

I hate stereotypes. Why? Because it will drag you to become narrow minded in the way of your senses to respect a community. Some people called me terrorist, because I am moslem. Some people called me second level residence, because I am Asian. Some people called me nerd, because I don't drink and don't do shit. Stereotyping and generalization are the basic human being’s reaction. It’s subconscious and is triggered and formed based on our background, education, culture, social upbringing, etc. We can’t help it. And the judgment is personal, individual. Stereotyping is practiced by everyone about other communities or segments of the same community. Although I hate it, stereotypes are inherent to human nature, and for good reason. We are all stereotypical of fire. We don’t touch it because we know it will burn us. We are told never to touch snakes because they are poisonous. So aren’t we being stereotypical when we don’t go near these things? Aren’t we being stereotypical when

Tipe Tipe Dosen Penguji Skripsi

Menurut saya menonton sidang skripsi itu seru dan penting. Seru, karena kita jadi bisa melihat muka nelangsa teman teman kita yang sedang asik dibantai para dosen penguji. Tentu sebagai seseorang yang pernah pendadaran, saya mengerti rasanya tekanan saat sidang dimana sejuta umat manusia  beberapa dosen menguji hipotesis dan hasil penelitian saya. Ibarat dosen penguji adalah pemain liga voli, maka mahasiswa yang sidang adalah bola volinya: sering dioper sana sini dalam kebimbangan dan kegalauan.  Penting buat ditonton karena  sidang skripsi mengajarkan kepada kita bagaimana cara ngeles ala orang berpendidikan. Itu juga adalah momen dimana kita berhak memperjuangkan title geophysicist  tanpa perlu bayar SPP dan BOP saben semesternya lagi. Selain itu penting juga buat belajar dari kesalahan orang lain saat sidang supaya kesalahan sama ngga terulang. Namun, namanya lulus sidang skripsi itu susah susah gampang. Salah satu faktor penentunya adalah dosen penguji. Berikut adalah

Review Beberapa Sidang Skripsi (Part 1)

Kalau di postingan sebelumnya sempat ngebahas tentang karakter dosen penguji skripsi, kali ini saya mau fokus me- review  sidang skripsi yang saya tonton dalam 3 bulan terakhir.  Memang sejak kembali ke Indonesia, ada sekitar delapan sidang skripsi S1, dimana lima diantaranya saya tonton. Alhamdulillah delapan mahasiswa ini lulus semua ~ ngga ada yang ngulang. Tiga sidang skripsi yang ngga saya tonton adalah sidangnya Kris'GF07, Gondes'GF06 dan Pai'GF06 - dan sumpah nyesel banget. Terutama skripsi Gondes yang konon dia merangkai dan membuat seismogram sendiri, dipasang di gunung Merapi sendiri, datanya diakusisi sendiri, hasilnya diolah sendiri, diinterpretasi sendiri. Bahkan instrumen seismogram yang dia pasang di gunung Merapi katanya uda hilang ditelan material vulkanik letusan besar tahun 2010 kemarin. Ebuset. Itu butuh pengorbanan waktu dan stamina banget lah.  He embraced the philosophy of being a geophysicist. Sangat asolole. Review yang akan saya berikan t