Skip to main content

..... Yihaaaaaaa ...!!!!!!!

HaHa!!

Posting kali ini bener2 posting karena saya lagi seneng. Ga ada lagi mendung duka gara2 gagal jadi gardep. Soalna kemaren aku dapet surat dari harian KOMPAS!!! Sebuah surat balesan pada surat yang aku kirim 9 bulan yang lalu. Jadi 9 bulan yang lalu -Juni2005- tu aku ma beberapa temen2 Bal ngirim proposal dan surat ke Kompas, yang intinya kita pada mo magang disana. Kirain seh tu surat nyasar ato uda masuk tong sampah, karena lamanya balesan dari kompas. Lah, ternyata baru dibales sekarang. Ngga nyangka...

Tu surat isinya satu bendel kertas 10 lembar yang tebel banget! Mungkin mereka pake kertas A4 edisi 200 gr kali yee... Pada saat saya ngebuka lembar per lembar surat, saya tu amazed banget. Surat kiriman instansi swasta - apalagi dari instansi media cetak - tu emang beda ma surat biasa *ya iyalah*. Kertas, tata bahasanya, kalimatnya, wah semuanya deh! Pokokna keren!! Intinya sih bahwa proposal dan surat magang yang aku kirim 9 bulan yang lalu akirnya dijawab, dan jawabannya adalah : gw ketrima magang di Kompas selama sebulan mulai Mei ini!!

Ya ampun deh. Kaget banget, man! Serasa menang lotere aja. Gila, impian gw nembus Kompas akirna tercapai juga. Thx God! U're da best!!!

Oh iya, karena waktunya satu bulan full dan wilayah lingkup magangnya DIY dan Jateng, maka kemungkinan besar niy, saya bakal bolos kul untuk beberapa saat. Yah, cuma sebulan aja kok ;p

Chayo!

Comments

Popular posts from this blog

Why I hate stereotypes ?

I hate stereotypes. Why? Because it will drag you to become narrow minded in the way of your senses to respect a community. Some people called me terrorist, because I am moslem. Some people called me second level residence, because I am Asian. Some people called me nerd, because I don't drink and don't do shit. Stereotyping and generalization are the basic human being’s reaction. It’s subconscious and is triggered and formed based on our background, education, culture, social upbringing, etc. We can’t help it. And the judgment is personal, individual. Stereotyping is practiced by everyone about other communities or segments of the same community. Although I hate it, stereotypes are inherent to human nature, and for good reason. We are all stereotypical of fire. We don’t touch it because we know it will burn us. We are told never to touch snakes because they are poisonous. So aren’t we being stereotypical when we don’t go near these things? Aren’t we being stereotypical when

Tipe Tipe Dosen Penguji Skripsi

Menurut saya menonton sidang skripsi itu seru dan penting. Seru, karena kita jadi bisa melihat muka nelangsa teman teman kita yang sedang asik dibantai para dosen penguji. Tentu sebagai seseorang yang pernah pendadaran, saya mengerti rasanya tekanan saat sidang dimana sejuta umat manusia  beberapa dosen menguji hipotesis dan hasil penelitian saya. Ibarat dosen penguji adalah pemain liga voli, maka mahasiswa yang sidang adalah bola volinya: sering dioper sana sini dalam kebimbangan dan kegalauan.  Penting buat ditonton karena  sidang skripsi mengajarkan kepada kita bagaimana cara ngeles ala orang berpendidikan. Itu juga adalah momen dimana kita berhak memperjuangkan title geophysicist  tanpa perlu bayar SPP dan BOP saben semesternya lagi. Selain itu penting juga buat belajar dari kesalahan orang lain saat sidang supaya kesalahan sama ngga terulang. Namun, namanya lulus sidang skripsi itu susah susah gampang. Salah satu faktor penentunya adalah dosen penguji. Berikut adalah

Review Beberapa Sidang Skripsi (Part 1)

Kalau di postingan sebelumnya sempat ngebahas tentang karakter dosen penguji skripsi, kali ini saya mau fokus me- review  sidang skripsi yang saya tonton dalam 3 bulan terakhir.  Memang sejak kembali ke Indonesia, ada sekitar delapan sidang skripsi S1, dimana lima diantaranya saya tonton. Alhamdulillah delapan mahasiswa ini lulus semua ~ ngga ada yang ngulang. Tiga sidang skripsi yang ngga saya tonton adalah sidangnya Kris'GF07, Gondes'GF06 dan Pai'GF06 - dan sumpah nyesel banget. Terutama skripsi Gondes yang konon dia merangkai dan membuat seismogram sendiri, dipasang di gunung Merapi sendiri, datanya diakusisi sendiri, hasilnya diolah sendiri, diinterpretasi sendiri. Bahkan instrumen seismogram yang dia pasang di gunung Merapi katanya uda hilang ditelan material vulkanik letusan besar tahun 2010 kemarin. Ebuset. Itu butuh pengorbanan waktu dan stamina banget lah.  He embraced the philosophy of being a geophysicist. Sangat asolole. Review yang akan saya berikan t