Skip to main content

,, suRvei nonSeismiK paCitan ,,,

Ngga pengen cerita banyak.

Yang namanya survei buat praktikum Non Seismik Pacitan kemaren Rabu bener" aduhai. Gile bener jalan mobilnya, bikin orang mabuk darat. Uda gitu survei terrain disana juga bener" Fear Factor. Sengkedan sawah lebar jalan 10 cm (gimana tu petani bisa jalan yak?), bener nguji keseimbangan tubuh manusia. Salah posisi tubuh aja bisa fatal. Ngga ding. Cuma kejebur. Kejebur kanan ada sawah baru tanem padi. Kejebur kiri ada sawah tanem padi juga plus terjun bebas dari ketinggian 2 meter.

survei medan susur sengkedan ~ ok, lebarnya lebih dari 10cm lah :P

Survei disini juga menguji ability of Krama Inggil. Rodo kagok. Secara saya juga pengguna Krama Inggil yang pasif. Tapi karena didukung sama Javanese people lainnya, kayak Cemplon & Bu Dosen, semuanya lancar. Lancar mawute.

Balik lewat Wonogiri sempet mampir ke bakso Titoti, enak banget ni bakso urat.

kuliner malam : bakso Titoti, Wonogiri

After all, survei ini bikin bokong capek. Duduk mulu dalem mobil 15 jam. Nyupir Wonogiri-Jogja malem hari ternyata menantang banget kalo kondisinya ngantuk kayak saya malem itu. Lampu merah hampir aja dilibas.

But, it was fun! :)


perkenalkan ketua nonseis GF04 - cukong




Comments

  1. wah ak kecebur ki pas nang sawah,,mantabz !

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Why I hate stereotypes ?

I hate stereotypes. Why? Because it will drag you to become narrow minded in the way of your senses to respect a community. Some people called me terrorist, because I am moslem. Some people called me second level residence, because I am Asian. Some people called me nerd, because I don't drink and don't do shit. Stereotyping and generalization are the basic human being’s reaction. It’s subconscious and is triggered and formed based on our background, education, culture, social upbringing, etc. We can’t help it. And the judgment is personal, individual. Stereotyping is practiced by everyone about other communities or segments of the same community. Although I hate it, stereotypes are inherent to human nature, and for good reason. We are all stereotypical of fire. We don’t touch it because we know it will burn us. We are told never to touch snakes because they are poisonous. So aren’t we being stereotypical when we don’t go near these things? Aren’t we being stereotypical when

Tipe Tipe Dosen Penguji Skripsi

Menurut saya menonton sidang skripsi itu seru dan penting. Seru, karena kita jadi bisa melihat muka nelangsa teman teman kita yang sedang asik dibantai para dosen penguji. Tentu sebagai seseorang yang pernah pendadaran, saya mengerti rasanya tekanan saat sidang dimana sejuta umat manusia  beberapa dosen menguji hipotesis dan hasil penelitian saya. Ibarat dosen penguji adalah pemain liga voli, maka mahasiswa yang sidang adalah bola volinya: sering dioper sana sini dalam kebimbangan dan kegalauan.  Penting buat ditonton karena  sidang skripsi mengajarkan kepada kita bagaimana cara ngeles ala orang berpendidikan. Itu juga adalah momen dimana kita berhak memperjuangkan title geophysicist  tanpa perlu bayar SPP dan BOP saben semesternya lagi. Selain itu penting juga buat belajar dari kesalahan orang lain saat sidang supaya kesalahan sama ngga terulang. Namun, namanya lulus sidang skripsi itu susah susah gampang. Salah satu faktor penentunya adalah dosen penguji. Berikut adalah

Review Beberapa Sidang Skripsi (Part 1)

Kalau di postingan sebelumnya sempat ngebahas tentang karakter dosen penguji skripsi, kali ini saya mau fokus me- review  sidang skripsi yang saya tonton dalam 3 bulan terakhir.  Memang sejak kembali ke Indonesia, ada sekitar delapan sidang skripsi S1, dimana lima diantaranya saya tonton. Alhamdulillah delapan mahasiswa ini lulus semua ~ ngga ada yang ngulang. Tiga sidang skripsi yang ngga saya tonton adalah sidangnya Kris'GF07, Gondes'GF06 dan Pai'GF06 - dan sumpah nyesel banget. Terutama skripsi Gondes yang konon dia merangkai dan membuat seismogram sendiri, dipasang di gunung Merapi sendiri, datanya diakusisi sendiri, hasilnya diolah sendiri, diinterpretasi sendiri. Bahkan instrumen seismogram yang dia pasang di gunung Merapi katanya uda hilang ditelan material vulkanik letusan besar tahun 2010 kemarin. Ebuset. Itu butuh pengorbanan waktu dan stamina banget lah.  He embraced the philosophy of being a geophysicist. Sangat asolole. Review yang akan saya berikan t