Skip to main content

Album Review: Adele’s 21 Hurts So Good


Kali ini lagi pengen blogging untuk review album terbarunya Adele. Pertama kali denger suara Adele sekitar 2.5 tahun lali di Prambors FM. Sekali denger langsung klik, beda banget sama genre musik jaman populer itu (yang didominasi oleh Queen of Gimmick : Lady Gaga).

Lalu sekitar 2 minggu lalu baru aja beli CD Adele teranyar '21'. Sekali diputer di CD player kamar, langsung ngga diganti" sampai sekarang ! Let's start then.



Artist : Adele
Release Date : February 2011
Genre : Pop - Soul

Yes, akhirnya singer yang bener" ngejual vocalnya (bukan sex appeal, bukan super nerd costum, bukan electro sound base music, bukan dance super heboh) muncul kembali. Setelah tahun 2008 bikin heboh dengan 'Chasing Pavements' nya, kali ini si blue-eyed singer ini muncul lagi dengan album ngga kalah soulful. Album bertitle '21' (kenapa 21? kata dia itu adalah umur dia pas nulis lagu2nya -_____- jayus tenan alesane) ini bermaterikan lagu lagu patah hati. SEMUA. 100%. No compromise. Cocok buat para galauers dan jablayers. Sempet skeptis pas pertama kali denger 1x cdnya (apalagi kalau baca liriknya). Jangan" abis ngedengerin ini bakal jadi nulis status galau seperti Fatah (GF09) atau Dwikong (GF10) ??? Oh tidakkkk ! Eits, ternyata keraguan itu salah banget. Meskipun semuanya lagu patah hati, tapi setiap musiknya dikemas dengan nuansa sangat heterogen (duile bosone). Ada yang pake dentuman big drum yang kuat banget (Rolling In The Deep, Rumor Has It); ada yang model mellow mendayu" piano doang (Turning Tables, Take It All, Someone Like You); full arsenal music yang bikin lagunya super meriah macem lagi nonton sekaten (Set Fire To The Rain, I'll Be Waiting, He Won't Go), atau sekedar akustikan gitar yang asik buat didenger menjelang bubu (Don't You Remember, Love Song).

Lirik dari semua lagu yang ditulis Adele ini cuma nyeritain tentang mantan cowok terakhirnya saja ! Whoa, such an inspiration to make great music ! Ati" tuh buat yang bakal jadi heartbreaker Adele berikutnya - bakal jadi inspirasi album dia berikutnya ! Salah satu kekuatan musik Adele adalah kejujuran lirik dia. Misal di lagu 'Someone Like You', dia bikin confession sangat manis untuk si mas mantan : Never mind, I'll find someone like you // I wish nothing but the best for you too // Don't forget me, I begged // I'll remember, you said // Sometimes it lasts in love but sometimes it hurts instead. Sedangkan di lagu 'Take It All', dia menuturkan introspeksi diri dia sampai pada akhirnya si mantannya tetep aja cabut dari hidupnya : Maybe I should leave // To help you see // Nothing is better than this // And this everything we need // So is it over // Is it really ? Meskipun patah hati, tapi ini bukan album cengeng. Di seluruh liriknya dia nunjukin kedewasaan to go with the flow, memaafkan dan merelakan (si mantan), dan bejibun positive messages. :)

Sebagai seorang vocalist, Adele emang tau bener apa aset terbesarnya : suara soulfulnya. Live performance dia jauh lebih berkualitas daripada rekaman suaranya di album. That what it takes to be great singer. If you consider yourself as singer, you should sang it right. Karena dia punya suara lumayan soulful, dia ngga terlalu nge-showcase kemampuan melisma, uplift, cressendo-nya ala Mariah or Christina. Cukup nyanyi santai dan itu uda bisa membius yang denger. Emosinya pas nyanyi juga dapet banget.

Conclusion :

Albumnya seperti : oase di tengah padang pasir, jarang" nemuin yang kayak gini.
Suaranya mirip" : Amy Winehouse campur Fiona Apple + Regina Spektor.
Lagu favorit : Rolling In The Deep, Take It All, Don't You Remember.
Lagu ngga favorit : Love Song.
Worthed untuk didengerin ? : Absolutely yes !

Comments

  1. hmm ulasan yang cukup menarik omm... aku jadi tertarik buat dengerin... gek lagi doyan lagu selow soale... searching ah nantiii:D

    ReplyDelete
  2. sukaaaa sekali dont u rememberrr..
    bener2 ga asing d tlinga yaa.
    apa bener udh ada dulunya yaaa..hahaha

    ReplyDelete
  3. walau sebenarnya tahu Adele lewat sebuat cover di youtube, langsung tertarik sama lagu "Someone Like You"...

    tapi kenapa Dwikong yg jadi galauers?

    ReplyDelete
  4. ahahaha...

    gw masih suka Adhitia Sofyan buat kegalauan gw.. haha..

    Suatu saat nanti mungkin si Adele ini...

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Why I hate stereotypes ?

I hate stereotypes. Why? Because it will drag you to become narrow minded in the way of your senses to respect a community. Some people called me terrorist, because I am moslem. Some people called me second level residence, because I am Asian. Some people called me nerd, because I don't drink and don't do shit. Stereotyping and generalization are the basic human being’s reaction. It’s subconscious and is triggered and formed based on our background, education, culture, social upbringing, etc. We can’t help it. And the judgment is personal, individual. Stereotyping is practiced by everyone about other communities or segments of the same community. Although I hate it, stereotypes are inherent to human nature, and for good reason. We are all stereotypical of fire. We don’t touch it because we know it will burn us. We are told never to touch snakes because they are poisonous. So aren’t we being stereotypical when we don’t go near these things? Aren’t we being stereotypical when

Tipe Tipe Dosen Penguji Skripsi

Menurut saya menonton sidang skripsi itu seru dan penting. Seru, karena kita jadi bisa melihat muka nelangsa teman teman kita yang sedang asik dibantai para dosen penguji. Tentu sebagai seseorang yang pernah pendadaran, saya mengerti rasanya tekanan saat sidang dimana sejuta umat manusia  beberapa dosen menguji hipotesis dan hasil penelitian saya. Ibarat dosen penguji adalah pemain liga voli, maka mahasiswa yang sidang adalah bola volinya: sering dioper sana sini dalam kebimbangan dan kegalauan.  Penting buat ditonton karena  sidang skripsi mengajarkan kepada kita bagaimana cara ngeles ala orang berpendidikan. Itu juga adalah momen dimana kita berhak memperjuangkan title geophysicist  tanpa perlu bayar SPP dan BOP saben semesternya lagi. Selain itu penting juga buat belajar dari kesalahan orang lain saat sidang supaya kesalahan sama ngga terulang. Namun, namanya lulus sidang skripsi itu susah susah gampang. Salah satu faktor penentunya adalah dosen penguji. Berikut adalah

Review Beberapa Sidang Skripsi (Part 1)

Kalau di postingan sebelumnya sempat ngebahas tentang karakter dosen penguji skripsi, kali ini saya mau fokus me- review  sidang skripsi yang saya tonton dalam 3 bulan terakhir.  Memang sejak kembali ke Indonesia, ada sekitar delapan sidang skripsi S1, dimana lima diantaranya saya tonton. Alhamdulillah delapan mahasiswa ini lulus semua ~ ngga ada yang ngulang. Tiga sidang skripsi yang ngga saya tonton adalah sidangnya Kris'GF07, Gondes'GF06 dan Pai'GF06 - dan sumpah nyesel banget. Terutama skripsi Gondes yang konon dia merangkai dan membuat seismogram sendiri, dipasang di gunung Merapi sendiri, datanya diakusisi sendiri, hasilnya diolah sendiri, diinterpretasi sendiri. Bahkan instrumen seismogram yang dia pasang di gunung Merapi katanya uda hilang ditelan material vulkanik letusan besar tahun 2010 kemarin. Ebuset. Itu butuh pengorbanan waktu dan stamina banget lah.  He embraced the philosophy of being a geophysicist. Sangat asolole. Review yang akan saya berikan t