Skip to main content

Menulis

Salah satu hobi aku sejak kecil adalah menulis. Waktu SD, ibuku cukup kolot untuk urusan menulis atau tepatnya mencatat pelajaran. Ibuku selalu rikues kalo bisa aku tuh duduknya di depan biar bisa menyimak si guru yang lagi ngajar dengan gampang. Sayangnya waktu jaman SD dulu duduknya dirotasi. Setiap hari (atau at least setiap seminggu sekali) duduknya pindah. Terkait masalah catet mencatet, dulu sih waktu SD mikirnya " Kalau udah ada materinya di buku panduan, ngapain juga harus ditulis di buku catetan? ". Alhasil ibuku lumayan gondok tuh kalo ngecek buku catetanku yang super bersih alias kosong ngga ada catetan. Kena damprat uda jadi langganan. However nih, kelas 5 adalah turning point dimana aku mulai suka menulis (tapi bukan brarti mulai hobi nyatet juga sih - hehe). At least nulis yang laen". Waktu SD dulu langganan ngirim karya tulis di tabloid Fantasi dan Hoplaa (duile jaman kapaaann itu?), trus dimuat. Hadiahnya seperangkat kertas surat (waktu itu jaman sahabat pena - aih aih). Trus jaman SMP ikutan ekskul mading, heran deh kok ada ya ekskul 'mading' ? ketoke wagu, ra cocok judule (halahh kakean protes). Trus jaman SMA - well, saya ngga ikutan SIGMA sih (ekskul jurnalistik SMA), tapi waktu kelas 1 SMA tugas akhir pelajaran Bhs. Indonesianya adalah (lagi") membuat mading. Haha. Trus waktu kuliah join pers mahasiswa (Persma) Balairung. Nah disini nih mulai belajar menulis untuk level lebih advance (semi-jurnalistik), trus banyak" belajar buku" social-filsafat yang jelas bukan makanan bacaan sehari"ku. Masak mau paham 1 halaman aja butuh waktu 2 jam buat bolak balik baca. Zzz.

Semakin kesini, trutama pas jaman kuliah S1, kebiasan nulis itu berpengaruh banget pada keinginan publikasi karya tulis ilmiah. Tentunya yang berkaitan sama Geophysics. So far udah beberapa kali bikin paper / poster dan dipublikasikan di beberapa conferences. Paper pertama (yang ngga bakal aku lupain) adalah tentang magnetic - IPnya KPku di Antam untuk Georesearch th 2007. Georesearch ini adalah acara rutin HMGI, semacem Geophysics student paper contest se-Indonesia (halo HMGI skrg, apa kabar?). Waktu itu masii semester 6. Masi cupu banget nulisnya (maklum baru pertama kali). Trus pertama kali juga ditanyain ini itu tentang metode Geofisika oleh para judges. Salah satu pertanyaan yang aku ngga bisa jawab adalah tentang rangkaian elektronik LCR yang diluar dugaan ada kaitannya sama metode IP. Alhamdulillah di kesempatan paper pertama ini, aku malah keluar jadi juara 1. Paper kedua mirip" paper pertama, dipublikasikan pas PIT HAGI, Nov 2007 di Bali. Beda sama paper pertama ada di model inversi IP yang aku bikin. Sayang waktu itu batal berangkat ke Bali karena kena kecelakaan mobil di Sragen. Poster pertama yang aku bikin adalah di event IPA 2008, tentang spectrum induced polarization untuk hydrocarbon exploration. Ini adalah poster pertama yang aku bikin berbasis study literature. Lumayan amazed bisa tembus IPA padahal cuma comot referensi dari sana sini, ngga ada data orisinil yang aku tampilin. Kata si IPAnya, kenapa posterku lolos adalah karena judulnya (ha?). Paper ketiga yang aku bikin adalah tentang skripsiku untuk SEG Beijing 2009. Skripsiku sendiri ada hubungannya sama surface wave seismology / earthquake mitigation. Lumayan nih bisa eksis ke Beijing :D . Poster kedua aku bikin adalah poster SPWLA dimana aku keluar sebagai juara kedua di Colorado Springs sebulan lalu (yeay). Ini adalah poster terbezaaar yang pernah aku design. Mana mahal banget ngeprintnya. Paper keempat yang akan aku presentasikan adalah paper AAPG Rocky Mt. Section yang bakal digelar akhir bulan ini di Cheyenne, WY (doain saya yaa). Sedangkan poster ketiga adalah poster yang akan aku presentasiin di SEG San Antonio September ini. Belum bikin designnyaa pula (aduh malesssnya). Topik untuk ketiga karya tulis trakir ini berhubungan sama thesis S2ku yang ngga kelar", tentu dengan fokus pembahasan yang berbeda".

Georesearch 2007. Dari ki-ka = Bu Yatini (judge dari UPN), me, juara dua (mas Ronald - sekarang di Alliance Geotech), juara tiga (Yose Rizal - sekarang di Schlumberger), pak Andi Waluyo (judge dari Western Geco), pak Imam Suyanto (judge dari UGM).

IPA 2008. Eksis di depan poster sendiri. Convention paling gahool dimana waktu itu (antara ngga peduli dan ngga tahu) dengan pedenya pake jeans dan hem biasa.

Bagian pertama dari poster IPA 2008. Yang penting ngejreng! Haha. Thanks to Surya Nuratmaja, Abdul Jabar, dan Yudho Wiratomo buat bantu" desain dan nge-trace ulang grafiknya.

SEG Beijing 2009. Kali pertamanya presentasi di depan orang" China.


SPWLA 2011. Yeaaaah.

So far, brrti uda 4 papers dan 3 posters aku genggam (dengan 2 diantaranya masih on-the-way). Seluruh laporan KP, skripsi, thesisku ada dalam wujud paper/poster - sesuatu yang menurut aku penting banget buat ada. Entah kenapa, aku ini bukan tipe orang yang kalo uda selesai ngerjain skripsi trus aku bakal puas berpangku tangan trus fokus cari gawe. No. Kalau aku uda selesai bereksperimen / berkomputasi / berinterpretasi, menurutku sih udah sepantasnya untuk dishare ke khalayak ramai (baca : geophysicist lainnya yang lebih paham tentang topik tulisanku). Aku ngga mau cuma sekedar mentok di level dosen penguji skripsi dan jadi pajangan perpus (jadi inget perpus Geofis yang bangunannya lagi dihancurin, trus mahasiswa"nya sekarang ngga bisa dengan optimal mengakses perpus Geofis darurat di Mipa selatan - ihhh, iki pie sih Dekane, bosok tenan). Kui gur idealisku lho. Mbuh nek wong" liane pie. Ngga sedikit juga orang" (di sekitarku) yang kemudian mengece atau meledek (atau mencibir) kalau aku tu specialist conference atau gila presentasi-lah. Haha. Tentu semua itu aku anggep sebagai compliments. Karena selain ekseeeees, presentasi itu kan itung" latian mental dan latian komunikasi di depan orang banyak. Kalau ngga sekarang, kapan lagi? Mumpung masih jadi mahasiswa. Ya ngga coy. :)



Comments

  1. wah mang beda sih yah outputnya orang yg suka nulis ma orang yg suka nonton doang. wuhehehe, mulai skarang mesti rajin nulis juga nih walaupun ga hobi :(

    ReplyDelete
  2. yupe... setuju, gila di perpus itu banyak bgt hasil penelitian serius anak2 s1 yg udah cm gt aja

    sementara di kerjaan banyak konsultan abal2 yg mutunya jelas jauh... dan malah beneran dipake

    sharing is everything! :D

    ReplyDelete
  3. enak bgt dibaca critanya. menginspirasi...

    ReplyDelete
  4. hebat mas, sangat menginspirasi, semoga suatu saat bisa kaya kamu..
    sukses terus ya mas :)

    ReplyDelete
  5. sipp..
    jd menambah inspirasi..

    ReplyDelete
  6. Saranku bikin buku aja fey autobiography jeng fey2 pasti menarik deh yakin tak tuku wis asal diwenehi tanda tangan yo hehehe

    ReplyDelete
  7. oke
    sip bgt


    sangat menginspirasi

    ReplyDelete
  8. wkwkwk monce
    ntar bukunya dikasi stempel MNC (apa MCX) koyo bukumu mbien ra?

    ReplyDelete
  9. Wah,manteb Mas. Semoga bisa menjadi motivasi buat kami semua, tinggal tunggu waktu ampe ane bisa nyusul Mas. I'll try as hard as I can. :D

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Why I hate stereotypes ?

I hate stereotypes. Why? Because it will drag you to become narrow minded in the way of your senses to respect a community. Some people called me terrorist, because I am moslem. Some people called me second level residence, because I am Asian. Some people called me nerd, because I don't drink and don't do shit. Stereotyping and generalization are the basic human being’s reaction. It’s subconscious and is triggered and formed based on our background, education, culture, social upbringing, etc. We can’t help it. And the judgment is personal, individual. Stereotyping is practiced by everyone about other communities or segments of the same community. Although I hate it, stereotypes are inherent to human nature, and for good reason. We are all stereotypical of fire. We don’t touch it because we know it will burn us. We are told never to touch snakes because they are poisonous. So aren’t we being stereotypical when we don’t go near these things? Aren’t we being stereotypical when

Tipe Tipe Dosen Penguji Skripsi

Menurut saya menonton sidang skripsi itu seru dan penting. Seru, karena kita jadi bisa melihat muka nelangsa teman teman kita yang sedang asik dibantai para dosen penguji. Tentu sebagai seseorang yang pernah pendadaran, saya mengerti rasanya tekanan saat sidang dimana sejuta umat manusia  beberapa dosen menguji hipotesis dan hasil penelitian saya. Ibarat dosen penguji adalah pemain liga voli, maka mahasiswa yang sidang adalah bola volinya: sering dioper sana sini dalam kebimbangan dan kegalauan.  Penting buat ditonton karena  sidang skripsi mengajarkan kepada kita bagaimana cara ngeles ala orang berpendidikan. Itu juga adalah momen dimana kita berhak memperjuangkan title geophysicist  tanpa perlu bayar SPP dan BOP saben semesternya lagi. Selain itu penting juga buat belajar dari kesalahan orang lain saat sidang supaya kesalahan sama ngga terulang. Namun, namanya lulus sidang skripsi itu susah susah gampang. Salah satu faktor penentunya adalah dosen penguji. Berikut adalah

Review Beberapa Sidang Skripsi (Part 1)

Kalau di postingan sebelumnya sempat ngebahas tentang karakter dosen penguji skripsi, kali ini saya mau fokus me- review  sidang skripsi yang saya tonton dalam 3 bulan terakhir.  Memang sejak kembali ke Indonesia, ada sekitar delapan sidang skripsi S1, dimana lima diantaranya saya tonton. Alhamdulillah delapan mahasiswa ini lulus semua ~ ngga ada yang ngulang. Tiga sidang skripsi yang ngga saya tonton adalah sidangnya Kris'GF07, Gondes'GF06 dan Pai'GF06 - dan sumpah nyesel banget. Terutama skripsi Gondes yang konon dia merangkai dan membuat seismogram sendiri, dipasang di gunung Merapi sendiri, datanya diakusisi sendiri, hasilnya diolah sendiri, diinterpretasi sendiri. Bahkan instrumen seismogram yang dia pasang di gunung Merapi katanya uda hilang ditelan material vulkanik letusan besar tahun 2010 kemarin. Ebuset. Itu butuh pengorbanan waktu dan stamina banget lah.  He embraced the philosophy of being a geophysicist. Sangat asolole. Review yang akan saya berikan t