Skip to main content

What Have Changed After 48 Days Living in Taiwan?

Malam ini genap menjadi malam ke-48 saya menjadi warga tidak tetap bumi Formosa, sebuah negara yang hobi banget dilanda taifun / tornado. Yoloh sumpah demi apa belum genap dua bulan disini, tapi terhitung udah ada tiga taifun wara wiri di sekitar pulau ini. Kompaknya nih, seluruh taifun ini selalu terjadi pas weekend dong ya, so swit beuds. Alhasil selama 3 minggu itu juga saya nge-gabut maksimal di dorm. Emang sih dulu pertama kali nylungsep di dorm ini dikasi tau 'kalau ada taifun/tornado jangan pergi kemana-mana ya'. And I was like, "The hell, it is only a gust. Why so serious?". Ternyata namanya kisah legenda itu emang banyak hikmahnya. Ibarat endingnya malin kundang dikutuk jadi batu, payung yang baru aja dibeli dari Kerfur seharga 350NTD (sekitar 120ribu rupiah) jebol dengan gemilangnya pada hari dimana taifun kedua eksis. Sumpah gondok banget, secara payung yang jebol itu adalah payung berukuran maha-besar yang biasa dibawa sama mbak mbak seksi buat mayungin para pereli MotoGP sebelum tanding.

dorm tercinta

Eniwei, hidup di sini sebenernya asik, orang-orangnya super ramah, banyak tempat hiburan, perpustakaan fakultasnya lengkap, public transportation-nya KEREN (America lewattt), biaya hidup bisa dibilang murah, banyak ruang publik (beda banget sama negara sendiri), banyak taman kota, dan banyak orang naik sepeda. So far so good. Kendala terbesar? Jelas bahasa. Meskipun udah ikutan les Mandarin sebelum berangkat kesini en semester ini sedang ngambil kuliah Mandarin seminggu 3 jam, tapi harus diakui belajar bahasa phonetic seperti Mandarin itu ribet. Sejauh ini uda bisa praktek Mandarin sih, misal beli buah, beli bakpau, nanya simple 'ini apaan? | zhe shi shenme? ' atau 'babi bukan? | zhe shi zhurou ma?' atau 'yah mahal amat, murahan dikit dong / hen gui, keyi pianyi yidian ma'. Gitu gitu doang sih. Harusnya diajarin cara ngegombalin cewek Taiwan ya? Mungkin besok harus rikues ke laoshi buat minta diajarin itu. Haha.

malem minggu, en tetep harus baca paper *sigh*

Ada 2 hal yang belum saya temukan di sini: tempat bowling en tempat karaoke. Untuk yang pertama sih saya yakin ada di mol mol besar Taipei, cuma belum nemu aja. Sedangkan yang nomer dua aslinya bisa dicari dengan mudah dsini. Cuma pada umumnya Taiwanese suka pergi karoke sehabis kerja, alhasil tempat karoke dsini kalau buka pasti selepas jam 5 sore en tutup jam 12 malam. Sebagai lulusan pondok pesantren hepap cabang ringrot Jogja yang kalo buka bisa sampai 15 jam sehari, tentu saya kecewa dengan kondisi ini karena tidak sesuai dengan hak asasi sahabat karoke seluruh dunia. Ngomong" tentang kehidupan dsini, ada beberapa aspek di hidup saya yang berubah, misal:

1. Pembukuan
Yup! Ibarat belajar akuntasi jaman SMA dulu, semenjak saya disini entah kenapa jadi rajin melakukan pembukuan keuangan. Ngga sampe level neraca kesetimbangan debet kredit gitu sih, sebates nyatet pengeluaran harian aja via excel. Trus tar diitung abis total berapa versus duit asli yang ada di dompet. Paling bingung duitnya selisihnya minus, yang artinya ada duit yang ilang seharusnya ngendon di dompet tapi in fact ngga ada. Biasanya sih kelupaan ditulis, semisal buat laundry seminggu sekali di dorm (jelas ga ada struk) atau beli buah / sayur di pasar tradisional (ga ada struk).

2. Selalu bawa payung.
Kenapa payung? Uda jelas ya dari insiden di paragraf pertama. Selain itu cuaca disini sangat tidak bisa ditebak. Terutama kalau lagi jalan jalan keluar kota: di Taipei cerah ceria bukan berarti di Zhongli ngga hujan. Ini perbedaan paling fundamental antara tinggal di Colorado versus di Taipei.

kecepatan internet yang turah-turah ~

3. Selalu bawa minum.
Sekitar 3 minggu pertama disini (masih masuk summer) adalah minggu-minggu perdana adapatasi biologis terberat. Lokasi geografis Taiwan yang merupakan archipelago di area subtropis plus pengaruh iklim marine-monsoonal bikin negara ini super humid. Kalau keluar ngampus bawaannya gerah maksimal. Balik ke dorm selalu mandi, mungkin sehari bisa mandi 3-4x sehari. Karena berkeringat nonstop, bawa minum hukumnya wajib dsini. Refilling the drink is not a problem either since there are plenty of water filler machine anywhere.

4. Wednesday is my cleaning day!
Terlepas dari jadwal kuliah yang padat, hari Rabu adalah hari buat bersih-bersih. Termasuk weekly laundry, ngosek WC - kamar mandi, ganti sprei kamar, beberes buku - sepatu, sampai urusan nyapu - ngepel kamar (biasanya buat terakhir ini ditambah hari Sabtu jugak).

5. Jadi lebih sering minum
Mungkin karena faktor humidity di #3 diatas, dsini justru saya jadi lebih sering minum. Mungkin sehari bisa 6 liter? Wow uda macem sapi glonggongan.

kuis kelas Mandarin perdana, bener 20/20 dong - macem albumnya JT lol

6. Jadi lebih sering makan buah
Fruits here are so yummy! Entah kenapa buah-buahan disini berasa lebih enak 17x daripada di Indonesia? Terutama anggur, apel, en mangga. Padahal harganya ya relatif sama aja. So far dsini belum buah-buahan yang aneh sih. Tapi es buah disini enak beuds!

7. I am becoming semi-vegetarian
Sebagai penganut salah satu agama minoritas di negara ini, option makan diluar kadang bisa jadi sedikit ribet. Meskipun saya bukan orang yang terlalu fanatik untuk urusan cari makan yang baik dan benar (you know what I am talking about), tapi option vegetarian terkadang selalu menjadi andalan. Sampai ada resto deket dorm yang emang cuma ngejual makanan vegetarian dimana saya kadang mampir kesitu kalau males masak. Yang paling wow adalah saya selalu pesen nasi merah buat option nasinya (ketimbang nasi putih). Jadi kebayang lah gimana sangat berseratnya porsi makan saya disini. Percernaan lantjar jaya.

remote access dari server dorm ke server lab basin group, ini lagi akses Echos Paradigm

8. Perpustakaan = dorm kedua.
Harus dikasih acungan jempol tangan en kaki nih buat perpustakaan fakultas sendiri IES (Institute of Earth Science) yang koleksinya cuma bisa disaingin sama Hogwarts Library. Koleksi jurnalnya terutama, parah banyak banget sampai bisa dibilang mengisi 70% dari luas area perpustakaannya. Selain itu suasana yang sepi bikin perpustakaan ini jadi tempat wajib nongkrong nih. Mungkin seminggu bisa 3x mampir cuma buat numpang tidur ngadem en baca baca paper.

9. Jadi lebih sering jalan kaki.
Well alesannya simple: ngga (atau belum punya) kendaraan pribadi jelas membuat kemana-mana harus serba jalan kaki. Emang sih public transportation disini ajip banget. Selain itu kalau kuliah ada shuttle bus juga. Tapi untuk beberapa opsi jalan kaki justru lebih menyenangkan.

nemu toko Indonesia dan ini yang dibeli lol

10. Jadi lebih menghargai waktu.
Mungkin ini perubahan yang paling klise. Hidup sendiri membuat kita harus punya agenda harian yang jelas. Sekarang waktunya kuliah, ntar garap pr, ntar laundry, ntar beli sayur ke pasar, ntar masak, ntar pingpong, ntar kongkow sama temen, ntar tidur dst. Meskipun ini adalah kali kedua saya hidup sendiri di negara orang lain (setelah America) tapi entah kenapa untuk yang satu ini saya justru lebih bisa mengatur diri ketimbang pengalaman hidup sendiri sebelumnya - mungkin juga karena faktor pengalaman tinggal di Colorado sebelumnya. Misal hari Senin-Jumat adalah weekdays buat kuliah, ya berarti itu adalah hari dimana semua urusan kuliah (termasuk bikin presentasi, PR) bakal digarap. Selembur mungkin kalau perlu. Sedangkan hari Sabtu-Minggu adalah hari libur, reward atas hari hari melelahkan sebelumnya. Biasanya di dua hari ini lebih banyak jalan-jalan keliling Taiwan and just being not care about school for a while.

So far living in Taiwan has been sooo damn good! Can't wait to the next journey! Woohoo...

Comments

  1. SAYA SEKELUARGA INGIN MENGUCAPKAN BANYAK TERIMAH KASIH KEPADA AKI NAWE BERKAT BANTUANNNYA SEMUA HUTANG HUTANG SAYA SUDAH PADA LUNAS SEMUA BAHKAN SEKARAN SAYA SUDAH BISA BUKA TOKO SENDIRI,ITU SEMUA ATAS BANTUAN AKI YG TELAH MEMBERIKAN ANKA JITUNYA KEPADA SAYA DAN ALHAMDULILLAH ITU BENER2 TERBUKTI TEMBUS..BAGI ANDA YG INGIN SEPERTI SAYA DAN YANG SANGAT MEMERLUKAN ANGKA RITUAL 2D 3D 4D YANG DIJAMIN 100% TEMBUS SILAHKAN HUBUNGI AKI NAWE DI 085-218-379-259

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Why I hate stereotypes ?

I hate stereotypes. Why? Because it will drag you to become narrow minded in the way of your senses to respect a community. Some people called me terrorist, because I am moslem. Some people called me second level residence, because I am Asian. Some people called me nerd, because I don't drink and don't do shit. Stereotyping and generalization are the basic human being’s reaction. It’s subconscious and is triggered and formed based on our background, education, culture, social upbringing, etc. We can’t help it. And the judgment is personal, individual. Stereotyping is practiced by everyone about other communities or segments of the same community. Although I hate it, stereotypes are inherent to human nature, and for good reason. We are all stereotypical of fire. We don’t touch it because we know it will burn us. We are told never to touch snakes because they are poisonous. So aren’t we being stereotypical when we don’t go near these things? Aren’t we being stereotypical when

Tipe Tipe Dosen Penguji Skripsi

Menurut saya menonton sidang skripsi itu seru dan penting. Seru, karena kita jadi bisa melihat muka nelangsa teman teman kita yang sedang asik dibantai para dosen penguji. Tentu sebagai seseorang yang pernah pendadaran, saya mengerti rasanya tekanan saat sidang dimana sejuta umat manusia  beberapa dosen menguji hipotesis dan hasil penelitian saya. Ibarat dosen penguji adalah pemain liga voli, maka mahasiswa yang sidang adalah bola volinya: sering dioper sana sini dalam kebimbangan dan kegalauan.  Penting buat ditonton karena  sidang skripsi mengajarkan kepada kita bagaimana cara ngeles ala orang berpendidikan. Itu juga adalah momen dimana kita berhak memperjuangkan title geophysicist  tanpa perlu bayar SPP dan BOP saben semesternya lagi. Selain itu penting juga buat belajar dari kesalahan orang lain saat sidang supaya kesalahan sama ngga terulang. Namun, namanya lulus sidang skripsi itu susah susah gampang. Salah satu faktor penentunya adalah dosen penguji. Berikut adalah

Review Beberapa Sidang Skripsi (Part 1)

Kalau di postingan sebelumnya sempat ngebahas tentang karakter dosen penguji skripsi, kali ini saya mau fokus me- review  sidang skripsi yang saya tonton dalam 3 bulan terakhir.  Memang sejak kembali ke Indonesia, ada sekitar delapan sidang skripsi S1, dimana lima diantaranya saya tonton. Alhamdulillah delapan mahasiswa ini lulus semua ~ ngga ada yang ngulang. Tiga sidang skripsi yang ngga saya tonton adalah sidangnya Kris'GF07, Gondes'GF06 dan Pai'GF06 - dan sumpah nyesel banget. Terutama skripsi Gondes yang konon dia merangkai dan membuat seismogram sendiri, dipasang di gunung Merapi sendiri, datanya diakusisi sendiri, hasilnya diolah sendiri, diinterpretasi sendiri. Bahkan instrumen seismogram yang dia pasang di gunung Merapi katanya uda hilang ditelan material vulkanik letusan besar tahun 2010 kemarin. Ebuset. Itu butuh pengorbanan waktu dan stamina banget lah.  He embraced the philosophy of being a geophysicist. Sangat asolole. Review yang akan saya berikan t