Skip to main content

Geofisika itu GUE (Gahool, Unyuu, dan Ekseees)


Haha, judul diatas oke banget kali ya kalau dijadiin semboyan prodi Geofisika. Trus dipampang di pintu masuk prodi GF : Geofisika itu GUE (Gahool, Unyuu, dan Ekseees). Jeng jeng jeng. Dijamin Pak Kirbani bakal tersenyum hohoho saben pagi.

Semboyan diatas tercetus pas lagi chat sama Bams, seorang maba yang bukan masuk kategori sotoy (baca postingan tentang maba sotoy dsini). Abege Jekardah ini entah bisa"nya selalu online hampir 21 jam sehari. Dulu sempet mikir kalo dia punya warnet atau semacamnya. Atau jangan bokapnya yang megang kendali koneksi internet Endonesa. Tapi ternyata dia emang lahir dengan bakat tahan melek dan online lama. Sebuah bakat langka yang cuma ada pada 1 dari 10 bayi di daerah berkode pos 11820. Brarti kuat juga nonton wayang atau ronda malem.


Sebenernya judul postingan diatas ditulis cuma memacu supaya anak GF UGM lebih berani jadi diri sendiri dan ngga takut buat stay unique. Sejak 4 tahun belakangan, trutama sejak era ngelamar" gawe di semester 6-7-8 dulu, label G dan E (gahool dan ekseees) lumayan saya sering gaungkan. Alasannya simple aja : banyak HRD / users perusahaan yang ngecap lulusan UGM dengan embel embel low profile, kalem, kerja bisa digaji murah, manuters, kaku, kurang dinamis, etc. Embel-embel yang sebenernya ngga terlalu bermasalah, toh itu cuma stereotype. Bener atau ngga nya, balik ke orangnya. Alas, namanya stereotype itu sulit buat diubah di sebuah society selama kitanya sendiri yang ngga mau mengubah citra itu dan buktiin ke society kalo anggepan itu (mungkin) keliru.

Adalah seorang HRD di Chevron yang dulu terkejut setelah menginterview saya. Bukan karena saya gantengnya setengah mati. Mbak HRD berparas menor ini menyimpulkan kalau saya lebih cocok mencitrakan mahasiswa ITB , Trisakti, Gunadharma, atau UI ketimbang UGM. Sebuah pernyataan yang bikin kaget, entah saya harus bangga atau tersinggung ? Mana sudi saya disejajarkan dengan mereka! Dia menjelaskan lagi jarang sekali ada anak UGM yang seperti saya, ganteng dan imut. Eh salah, maksudnya jarang ada anak UGM yang bisa terbuka dan open minded (huh?). Kayaknya si mbaknya ini dulunya jago ngeles geje, kayak si Danast neh.

Lalu karena sedikit gondok, sejak itu saya gaungkan ide gahool dan ekseees cuma semata" biar anak" UGM pada open minded. Menurutku sih selain tersebut diatas, anak" UGM juga kurang jago kalo urusan jual diri. Padahal jual diri (alias bacot narsis, kalo kataku) itu penting banget. Gimana perusahaan yang kamu lamar bakal ngerekruit kamu kalau kamu sendiri ngga kenal, ngga percaya, dan ngga bisa ngejual potensi diri ? Dan ngejual diri untuk interview perusahaan itu ngga seperti ngejual diri ala street walker. Butuh teknik juga, terutama kemampuan komunikasi, kemampuan ngeles, dan kemampuan nunjukin sok-pede-padahal-grogi-minta-ampun.


IPK tinggi memang ngejamin seseorang untuk lolos seleksi berkas, tapi angka yang terdiri dari 3 digit itu ngga bakal menjamin kita lolos tahapan rekruitmen kerja. Kadang" para pelamar mentok di bagian interview, semata" karena mereka ngga siap dan ngga tau harus gimana? WTH. Oleh karena itu kita harus ekseeees biar ngga grogi ngobrol di depan orang banyak. Banyakin latian ngomong sendiri di depan cermin. Sebenernya musuh paling besar saat oral presentation (baik itu interview, sidang skripsi, pidato 17an, atau ngomong sama pacar) itu adalah diri kita sendiri. Kalau sudah cukup ekseees, hal yang perlu diwaspadai berikutnya adalah topik. Jangan sampe ngobrol atau jawab pertanyaan tanpa tujuan. Oleh karena itu perlu juga wawasan yang oke supaya nyambung ngobrol apa aja. Makanya itu kita kudu gahool. Gahool dan ekseees bakal mubadzir tanpa adanya rasa ke-unyu-an, yaitu rasa tepo seliro dan saling tenggang rasa antar sesama. Jadi anak GF itu harus gahool, unyuu, dan ekseees. GUE banget dah.

#tulisansupergeje




Comments

  1. keep Gahool Unyu Eksees.
    \(^o^)/

    ReplyDelete
  2. Hmmm... Pagi-pagi udah dapet pencerahan.. Thanks Mas..

    Mari kita teriakkan, "GEOFISIKA ITU GUE!"

    ReplyDelete
  3. Buahahahah nice beroooow.... ternyata duet maut kita membuahkan karya : Geofisika itu GUE ! hahahha


    waaaaah lama-lama saya jadi juru kampanye pertai tingkat gurem sampe kakap bisa nih we ka we ka we ka

    GEOFISIKA ITU GUE !

    ReplyDelete
  4. Alamak, 21 jam sehari...

    ReplyDelete
  5. Ngggak 21 jam kali mas -________-

    ReplyDelete
  6. Anonymous11:31 AM

    pelajaran baru haha

    ReplyDelete
  7. tampaners12:10 PM

    bener banget!
    gue juga latian ngomong di dpn cermin waktu mau interview stis

    SUPER SEKALI!!
    feisal platinum ways

    ReplyDelete
  8. Gahol unyu eksess..GUE banget!

    sipsipsip...

    ReplyDelete
  9. Handaru11:36 PM

    GAHOOOL WAYS
    SALAM EKSEES !

    ReplyDelete
  10. karangwaru3:59 PM

    untung saya sudah GUE di daerah karangwaru :p

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Why I hate stereotypes ?

I hate stereotypes. Why? Because it will drag you to become narrow minded in the way of your senses to respect a community. Some people called me terrorist, because I am moslem. Some people called me second level residence, because I am Asian. Some people called me nerd, because I don't drink and don't do shit. Stereotyping and generalization are the basic human being’s reaction. It’s subconscious and is triggered and formed based on our background, education, culture, social upbringing, etc. We can’t help it. And the judgment is personal, individual. Stereotyping is practiced by everyone about other communities or segments of the same community. Although I hate it, stereotypes are inherent to human nature, and for good reason. We are all stereotypical of fire. We don’t touch it because we know it will burn us. We are told never to touch snakes because they are poisonous. So aren’t we being stereotypical when we don’t go near these things? Aren’t we being stereotypical when

Tipe Tipe Dosen Penguji Skripsi

Menurut saya menonton sidang skripsi itu seru dan penting. Seru, karena kita jadi bisa melihat muka nelangsa teman teman kita yang sedang asik dibantai para dosen penguji. Tentu sebagai seseorang yang pernah pendadaran, saya mengerti rasanya tekanan saat sidang dimana sejuta umat manusia  beberapa dosen menguji hipotesis dan hasil penelitian saya. Ibarat dosen penguji adalah pemain liga voli, maka mahasiswa yang sidang adalah bola volinya: sering dioper sana sini dalam kebimbangan dan kegalauan.  Penting buat ditonton karena  sidang skripsi mengajarkan kepada kita bagaimana cara ngeles ala orang berpendidikan. Itu juga adalah momen dimana kita berhak memperjuangkan title geophysicist  tanpa perlu bayar SPP dan BOP saben semesternya lagi. Selain itu penting juga buat belajar dari kesalahan orang lain saat sidang supaya kesalahan sama ngga terulang. Namun, namanya lulus sidang skripsi itu susah susah gampang. Salah satu faktor penentunya adalah dosen penguji. Berikut adalah

Review Beberapa Sidang Skripsi (Part 1)

Kalau di postingan sebelumnya sempat ngebahas tentang karakter dosen penguji skripsi, kali ini saya mau fokus me- review  sidang skripsi yang saya tonton dalam 3 bulan terakhir.  Memang sejak kembali ke Indonesia, ada sekitar delapan sidang skripsi S1, dimana lima diantaranya saya tonton. Alhamdulillah delapan mahasiswa ini lulus semua ~ ngga ada yang ngulang. Tiga sidang skripsi yang ngga saya tonton adalah sidangnya Kris'GF07, Gondes'GF06 dan Pai'GF06 - dan sumpah nyesel banget. Terutama skripsi Gondes yang konon dia merangkai dan membuat seismogram sendiri, dipasang di gunung Merapi sendiri, datanya diakusisi sendiri, hasilnya diolah sendiri, diinterpretasi sendiri. Bahkan instrumen seismogram yang dia pasang di gunung Merapi katanya uda hilang ditelan material vulkanik letusan besar tahun 2010 kemarin. Ebuset. Itu butuh pengorbanan waktu dan stamina banget lah.  He embraced the philosophy of being a geophysicist. Sangat asolole. Review yang akan saya berikan t